Kisah Nyata Cinta Sehidup Semati
Mengharukan! ya itulah kata yang terucap begitu mengetahui bahwa
di dunia ini masih ada orang yang benar benar melaksanakan janjinya pada
pasangannya untuk tetap bersama sehidup semati. Mereka benar benar
merasakan cinta yang sebenarnya, seperti misalnya ketika pasangannya
tidak ada di dekatnya, terasa ada sesuatu yang hilang, kadang mereka
berbuat hal bodoh hanya untuk melihat pasangannya tertawa, teringat
kepada pasangannya saat melihat sesuatu yang indah, dan siap selalu
disampingnya walaupun dalam keadaan sedih, serta selalu berdoa yang
terbaik untuknya walaupun tanpa sepengetahuan sang pasangan.
Mungkin itulah secuil kecil hal yang anda lakukan jika anda merasakan
cinta, dan berikut ini mungkin akan mengukuhkan apa itu cinta sejati dan
apa yang dirasakannya. Sahabat anehdidunia.com tanpa panjang lebarlagi,
berikut kisah nyata cinta sehidup semati paling mengharukan yang pernah dilakukan oleh seseorang kepada pasangannya.
Don dan Maxine Simpson Meninggal Berpegangan Tangan
Don dan Maxine Simpson membuat dunia terharu dengan kisah cinta mereka
yang begitu menyentuh. Pasangan ini bertemu pada tahun 1950-an di
sebuah arena bowling dan kemudian menghabiskan 62 tahun berikutnya
dengan hidup bersama. Pasangan ini kerap melakukan tur keliling dunia
bersama dan akhirnya memutuskan menetap di Bakersfield, California,
setelah mengadopsi dua anak. Maxine pun hidup bahagia bersama suaminya,
Don, yang bekerja sebagai seorang insinyur sipil.
Cucu mereka, Melissa Sloan, baru-baru ini berbagi foto kebersamaan Don
dan Maxine Simpson kepada publik, termasuk foto hitam dan putih yang
menggambarkan saat mereka berpegangan tangan yang diambil ketika mereka
melewati saat-saat terakhir mereka bersama. Don Simpson dan istrinya,
Maxine, telah menikah selama 62 tahun, dan Don meninggal empat jam
setelah istrinya pada 21 Juli lalu. Mereka meninggal dalam keadaan
berbaring di samping satu sama lain. Maxine, 87, diketahui menderita
kanker dan suaminya, 90, Dua pekan lalu, Don dibawa ke rumah sakit
setelah tulang pinggulnya patah akibat terjatuh di rumahnya. Di rumah
sakit, kondisi kesehatan Don malah terus menurun. Pada saat yang sama,
penyakit kanker yang sudah dilawan Maxine selama bertahun-tahun juga
memburuk.
"Saya menelepon kakak perempuan saya. Saya katakan kita memiliki satu
kesempatan untuk membuat mereka bersama," ujar Melissa. Di rumah sakit,
Melissa dan keluarganya meminta agar pihak rumah sakit mengizinkan agar
Don dan Maxine dibawa pulang agar bisa terus bersama. Akhirnya, mereka
dibawa pulang dan ditempatkan di sebuah ruangan di kediaman
keluarga."Kami tempat kan mereka berdua di dalam satu kamar. Nenek
kemudian terbangun dan melihat kakek. Dia kemudian memegang tangan kakek
dan mengetahui bahwa mereka ada bersama-sama," kenang Melissa. Tak lama
setelah memegang tangan suaminya, Maxine menghembuskan napasnya yang
terakhir. Beberapa jam kemudian, Don menyusul istri tercintanya. "Kakek
meninggal dunia empat jam setelah nenek. Sangat luar biasa, ini
merupakan kisah cinta yang sesungguhnya," ujar Melissa. "Don sangat
memuja istrinya. Dia mencintainya sampai ke ujung dunia."
Cinta Sehidup Semati Pitman dan Pat
Inilah salah satu pasangan paling romantis dunia. George Pitman dan
Pat. Pasangan asal Middlesbrough, North Yorkshire, Inggris. Keduanya
meninggal di hari yang sama. Yang membuat banyak orang haru, Pitman
meninggal 21 jam setelah berbisik kepada jenazah Pat: “Tutuplah matamu, aku menyusulmu.”seketika semua orang yang mendengarnya tidak kuasa meneteskan air mata.
Sejak sakit paru-paru Pat memburuk dan masuk Rumah Sakit Universitas
North Tees, Cleveland, 13 November silam, Pitman selalu berada di
samping istrinya. Pitman sebenarnya sudah diingatkan untuk beristirahat
karena kondisinya terus memburuk bahkan tak kalah buruk dibanding Pat.
Namun pria lebih memilih menemani istri yang telah dinikainya selama
55 tahun itu. Bahkan jemarinya tak pernah lepas menggenggam tangan Pat.
Para perawat terpaksa menyediakan tempat tidur untuk pensiunan masinis
lori ini. Sebab, Pitman menolak berpindah rumah sakit untuk mendapat
perawatan khusus terkait penyakitnya. Dia memilih setia di sisi sang
istri yang seusia dengannya itu. “Mereka melewatkan seluruh hidupnya
tanpa terpisahkan, sehingga ini adalah yang mereka inginkan,” tutur
anak tertua mereka, Jacquelin Gofton.
“Jika mereka diberi pilihan, cara ini merupakan jalan yang mereka pilih. Ayah meninggal karena patah hati.
Ini tak bisa dipercaya bagaimana ini bisa terjadi,” tambah perempuan
berusia 55 tahun itu. Pitman dan Pat yang sama-sama berusia 77 tahun
itu bersatu setelah bertemu dalam sebuah ‘kencan buta’. Keduanya lantas
menikah pada 1959. Setelah bertemu dengan Pat, Pitman pergi ke
Hongkong untuk sebuah penugasan dari negara. Kala itu, Pitman menulis
surat dan mengirim hadiah untuk Pat setiap minggunya. “Mereka
benar-benar tak bisa berpisah, mereka tak pernah berpisah. Ini cocok
ketika mereka meninggal bersama,” kata Angela Goul, putri ke tiga
Pitman dan Pat.
Pasangan Harold dan Ruth Knapke asal Ohio telah menikah selama 66 tahun.
Mereka berdua meninggal di ruangan yang sama di rumah sakit Versailles
Health Care Center pada tanggal 11 Agustus lalu, hanya sembilan hari
dari ulang tahun pernikahan mereka. Harold, sang suami yang berusia 91
tahun telah mengalami penurunan kesehatan. Namun dia tetap bertahan
hidup hingga istrinya, Ruth yang berusia 89 tahun, bisa pergi bersama
dengannya. Harold meninggal 10 jam lebih dulu sebelum Ruth akhirnya
meninggal.
Kisah cinta sehidup semati
mereka ternyata juga cukup manis. Ruth menyukai Harold sejak duduk di
kelas tiga sekolah dasar. Keduanya menikah setelah Harold kembali dari
Perang Dunia II pada tanggal 20 Agustus 1947. Pasangan ini meninggalkan
enam anak, 14 cucu, dan delapan cicit. Meski belum tentu mereka bertemu
di alam baka, namun kesetiaan keduanya terbukti ketika mereka masih
saling menemani hingga ajal menjemput keduanya.
Norma dan Gordon Yeager telah 72 tahun membangun hubungan rumah tangga
harmonis, mereka menghembuskan napas pada hari yang sama, Oktober tahun
lalu. Keduanya terlibat dalam sebuah kecelakaan fatal. Dengan kondisi
tangan masih saling berpegangan, mereka dilarikan ke unit gawat darurat
di sebuah rumah sakit di Amerika Serikat.
Masih memegang tangan Norma, Gordon akhirnya menyerah. Meski tak lagi
bernapas, layar monitor masih memperlihatkan grafik kerja jantung
Gordon. "Karena mereka berpegangan tangan, debar jantung pasangannya
masih terekam di monitor," kata seorang perawat, melihat sejumlah
keluarga bingung melihat kejadian itu.
Tepat satu jam kemudian, Norma pun menyerah. Kedua monitor yang merekam
irama jantung mereka pun tak lagi menunjukkan grafik detak. "Pasangan
ini saling mencintai begitu dalam, sehingga seolah mereka tak ingin
terpisah," kata Donna Sheets, putri tertua mereka. Keluarga sangat
terharu melihat kesetiaan pasangan itu. Mereka memutuskan tak melepas
pegangan tangan pasangan itu selamanya. Jasad Norma dan Gordon
ditempatkan dalam satu peti yang sengaja dipesan khusus, sehingga
pegangan tangan tak lepas. Setelah kremasi, abu jenazah mereka juga
dicampur sebagai simbol cinta abadi.
Mereka bukanlah orang yang kaya. Mereka hanya orang-orang yang selalu
berkomitmen satu sama lain, tidak peduli situasi apa pun. Begitulah cara
Donna Scharton mengingat orang tua tercinta, Floyd dan Violet Hartwig,
sebelum mereka meninggal pada 11 Februari lalu. Pasangan yang telah
menikah selama 67 tahun itu meninggal di rumah mereka dan kejadian ini
sama seperti kejadian di film terkenal "Notebook". Anggota keluarga
Scharton berusaha mendorong tempat tidur mereka berdekatan karena kedua
pasangan itu sudah tahu ajalnya sudah dekat.
"Ibuku kena demensia selama beberapa tahun terakhir dan sekitar liburan
kami melihat kesehatannya menurun," kata Donna. Setelah itu Donna
mendapat telepon dari dokter yang mengatakan ayahnya kena gagal ginjal
dan hanya punya waktu dua minggu untuk hidup. "Jadi kami memutuskan
untuk menempatkan mereka di rumah sakit bersama-sama." Hartwigs memiliki
sebuah peternakan di Easton, California. Kedua pasangan tersebut
bertemu saat di sekolah dasar dan menjalin hubungan pada saat Hartwig
pulang dari tugas di Angkatan Laut.
Mereka menikah pada 16 Agustus 1947 dan memiliki tiga anak. Donna
mengatakan meskipun kesehatannya memburuk, prioritas utama ayahnya
adalah istrinya. "Dia ingin ibuku tetap hidup," kata Donna. Ketika ajal
kian dekat, keluarga mereka menempatkan tangan mereka bersama-sama.
"Ayah saya meninggal sambil memegang tangan ibu. Kami mengatakan kepada
ibu bahwa ayah telah pergi dan kini sedang menunggu ibu. Dia meninggal
limah kemudian." Cynthia Letson yang merupakan cucu dari pasangan
tersebut mengatakan, dia mengingat kakek-neneknya sebagai orang yang
sederhana yang hanya mencintai keluarganya. "Saya ingin yang orang-orang
tahu dari cerita ini adalah komitmen ayah saya untuk mencintai
keluarganya."
Sahabat anehdidunia.com perlu dicatat, dalam kisah cinta sehidup semati
ini bukan berarti mereka yang menentukan ajalnya sendiri seperti bunuh
diri bersama. TIDAK!! itu jalan yang salah. mereka meninggal bersama
setelah melewati masa sulit dan masa senang bersama, dan mereka
meninggal karena usia mereka yang tidak memungkinkan meneruskan cinta
sejatinya berumur panjang di dunia. Kami percaya mereka akan tetap
meneruskannya di atas sana. sekali lagi. Cintai dan sayangi pasangan
anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar